PENJELASAN MENGENAI HARI RABU WEKASAN
www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,...
Bulan Shafar adalah
bulan kedua dalam penanggalan hijriyah Islam. Sebagaimana bulan lainnya, ia
merupakan bulan dari bulan-bulan Allah yang
tidak memiliki kehendak dan
berjalan sesuai dengan apa yang Allah ciptakan untuknya.
Masyarakat jahiliyah kuno, termasuk bangsa Arab, sering
mengatakan bahwa bulan Shafar adalah bulan sial. Tasa'um (anggapan sial) ini
telah terkenal pada umat jahiliah dan sisa-sisanya masih ada di kalangkan
muslimin hingga saat ini.
Abu Hurairah berkata, bersabda Rasulullah,
"Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa
kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga
tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Menghindarlah dari penyakit kusta
sebagaimana engkau menghindari singa." (H.R.Imam al-Bukhari dan Muslim).
Ungkapan hadits laa ‘adwaa’ atau tidak ada penularan
penyakit itu, bermaksud meluruskan keyakinan golongan jahiliyah, karena pada
masa itu mereka berkeyakinan bahwa penyakit itu dapat menular dengan
sendirinya, tanpa bersandar pada ketentuan dari takdir Allah.
Sakit atau sehat, musibah atau selamat, semua kembali kepada
kehendak Allah. Penularan hanyalah sebuah sarana berjalannya takdir Allah.
Namun, walaupun keseluruhannya kembali kepada Allah, bukan semata-mata sebab
penularan, manusia tetap diwajibkan untuk ikhtiar dan berusaha agar terhindar
dari segala musibah. Dalam kesempatan yang lain Rasulullah bersabda: “Janganlah
onta yang sakit didatangkan pada onta yang sehat”.
Maksud hadits laa thiyaarota atau tidak diperbolehkan
meramalkan adanya hal-hal buruk adalah bahwa sandaran tawakkal manusia itu
hanya kepada Allah, bukan terhadap makhluk atau ramalan. Karena hanyalah Allah
yang menentukan baik dan buruk, selamat atau sial, kaya atau miskin. Dus, zaman
atau masa tidak ada sangkut pautnya dengan pengaruh dan takdir Allah. Ia sama
seperti waktu- waktu yang lain, ada takdir buruk dan takdir baik.
Empat hal sebagaimana dinyatakan dalam hadits di atas itulah
yang ditiadakan oleh Rasulullah dan ini menunjukkan akan wajibnya bertawakal
kepada Allah, memiliki tekad yang benar, agar orang yang kecewa tidak melemah
di hadapkan pada perkara-perkara tersebut.
Bila seorang muslim pikirannya disibukkan dengan
perkara-perkara tersebut, maka tidak terlepas dari dua keadaan. Pertama:
menuruti perasaan sialnya itu dengan mendahulukan atau meresponsnya, maka
ketika itu dia telah menggantungkan perbuatannya dengan sesuatu yang tidak ada
hakikatnya. Kedua: tidak menuruti perasaan sial itu dengan melanjutkan
aktivitasnya dan tidak memedulikan, tetapi dalam hatinya membayang perasaan
gundah atau waswas. Meskipun ini lebih ringan dari yang pertama, tetapi
seharusnya tidak menuruti perasaan itu sama sekali dan hendaknya bersandar
hanya kepada Allah.
Penolakan akan ke empat hal di atas bukanlah menolak
keberadaannya, karena kenyataanya hal itu memang ada. Sebenarnya yang ditolak
adalah pengaruhnya. Allah-lah yang memberi pengaruh. Selama sebabnya adalah
sesuatu yang dimaklumi, maka sebab itu adalah benar. Tapi bila sebabnya adalah
sesuatu yang hanya ilusi, maka sebab tersebut salah.
Muktamar NU yang ketiga, menjawab pertanyaan “bolehkah
berkeyakinan terhadap hari naas, misalnya hari ketiga atau hari keempat pada
tiap-tiap bulan, sebagaimana tercantum dalam kitab Lathaiful Akbar” memilih
pendapat yang tidak mempercayai hari naas dengan mengutip pandangan Syekh Ibnu
Hajar al-Haitamy dalam Al-Fatawa al-Haditsiyah berikut ini:
“Barangsiapa bertanya tentang hari sial dan sebagainya untuk
diikuti bukan untuk ditinggalkan dan memilih apa yang harus dikerjakan serta
mengetahui keburukannya, semua itu merupakan perilaku orang Yahudi dan bukan
petunjuk orang Islam yang bertawakal kepada Sang Maha Penciptanya, tidak
berdasarkan hitung-hitungan dan terhadap Tuhannya selalu bertawakal. Dan apa
yang dikutip tentang hari-hari nestapa dari sahabat Ali kw. Adalah batil dan
dusta serta tidak ada dasarnya sama sekali, maka berhati-hatilah dari semua
itu” (Ahkamul Fuqaha’, 2010: 54).
Indikasi Kesialan dalam Quran dan Hadits
Mungkin ada pertanyaan, bagaimana dengan firman Allah
Ta’ala, yang artinya:’’Kaum ‘Aad pun mendustakan (pula). Maka alangkah
dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku, Sesungguhnya Kami telah
menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang
terus menerus. yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok korma
yang tumbang” (Q.S al-Qamar (54:18-20).
Imam al-Bagawi dalam tafsir Ma’alim al-Tanzil menceritakan,
bahwa kejadian itu (fi yawmi nahsin mustammir)
tepat pada hari Rabu terakhir bulan Shafar. Orang Jawa pada umumnya
menyebut Rabu itu dengan istilah Rabu Wekasan. Hemat penulis, penafsiran ini
hanya menunjukkan bahwa kejadian itu bertepatan dengan Rabu pada Shafar dan
tidak menunjukkan bahwa hari itu adalah kesialan yang terus menerus.
Istilah hari naas yang terus menerus atau yawmi nahsin
mustammir juga terdapat dalam hadis nabi. Tersebut dalam Faidh al-Qadir, juz 1,
hal. 45, Rasulullah bersabda, “Akhiru Arbi’ai fi al-syahri yawmu nahsin
mustammir (Rabu terakhir setiap bulan adalah hari sial terus).”
Hadits ini lahirnya bertentangan dengan hadits sahih riwayat
Imam al-Bukhari sebagaimana disebut di atas. Jika dikompromikan pun maknanya
adalah bahwa kesialan yang terus menerus itu hanya berlaku bagi yang
mempercayai. Bukankah hari-hari itu pada dasarnya netral, mengandung
kemungkinan baik dan jelek sesuai dengan ikhtiar perilaku manusia dan
ditakdirkan Allah.
Bagaimana dengan pandangan Abdul Hamid Quds dalam kitabnya
Kanzun Najah Was-Surur Fi Fadhail Al-Azminah wash-Shuhur (penulis sendiri terus
terang belum mengetahui dan meneliti kebenaran nama dan kitab ini, bahkan dalam
beberapa tulisan kitab ini disebut dengan Kanzun Najah Was-Suraar Fi Fadhail
Al-Azmina Wash-Shuhaar dan Kanju al-Najah wa al-Surur fi al-Adiyati al-Lati
Tasrohu al-Sudur) yang menjelaskan: banyak para Wali Allah yang mempunyai
pengetahuan spiritual yang tinggi mengatakan bahwa pada setiap tahun,
Allah menurunkan 320.000 macam bala
bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di
bulan Shafar.
Oleh sebab itu hari tersebut menjadi hari yang terberat di
sepanjang tahun. Maka barangsiapa yang melakukan shalat 4 rakaat (nawafil,
sunnah), di mana setiap rakaat setelah al-Fatihah dibaca surat al-Kautsar 17
kali lalu surat al-Ikhlash 5 kali, surat al-Falaq dan surat an-Naas
masing-masing sekali; lalu setelah salammembaca do’a, maka Allah dengan kemurahan-Nya akan menjag a orang yang
bersangkutan dari semua bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna
setahun.
Mengenai amalan-amalan tersebut di atas, mengutip KH. Abdul
Kholik Mustaqim, Pengasuh Pesantren al-Wardiyah Tambakberas Jombang, para ulama
yang menolak adanya bulan sial dan hari nahas Rebo Wekasan berpendapat (dikutip
dengan penyesuaian):
Pertama, tidak ada nash hadits khusus untuk akhir Rabu bulan
Shofar, yang ada hanya nash hadits dla’if yang menjelaskan bahwa setiap hari
Rabu terakhir dari setiap bulan adalah hari naas atau sial yang terus menerus,
dan hadits dla’if ini tidak bisa dibuat pijakan kepercayaan.
Kedua, tidak ada anjuran ibadah khusus dari syara’.Ada
anjuran dari sebagian ulama’ tasawwuf namun landasannya belum bisa
dikategorikan hujjah secara syar’i.
Ketiga, tidak boleh, kecuali hanya sebatas sholat hajat
lidaf’ilbala’almakhuf (untuk menolak balak yang dihawatirkan) atau nafilah
mutlaqoh (sholat sunah mutlak) sebagaimana diperbolehkan oleh Syara’, karena
hikmahnya adalah agar kita bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Mengutip pandangan Rais Syuriah PWNU Jawa Timur, KH
Miftakhul Akhyar tentang hadits kesialan terus menerus pada Rabu terakhir tiap
bulan, dinyatakan:
“Naas yang dimaksud adalah bagi mereka yang meyakininya,
bagi yang mempercayainya, tetapi bagi orang-orang yang beriman meyakini bahwa
setiap waktu, hari, bulan, tahun ada manfaat dan ada mafsadah, ada guna dan ada
madharatnya. Hari bisa bermanfaat bagi seseorang, tetapi juga bisa juga naas
bagi orang lain…artinya hadits ini jangan dianggap sebagai suatu pedoman, bahwa
setiap Rabu akhir bulan adalah hari naas yang harus kita hindari. Karena
ternyata pada hari itu, ada yang beruntung, ada juga yang buntung. Tinggal kita
berikhtiar meyakini, bahwa semua itu adalah anugerah Allah.” Wallahu ‘A’lam.
Yusuf Suharto
Ketua Aswaja NU Center Jombang, Kontributor NU Online
Versi ke 2
Bagaimana Hukum Shalat Rabu Wekasan
?
jagadkawula.blogspot.com › Bahtsul Masail
Hari Rabu wekasan atau Rabu terakhir
di bulan Shafar jatuh tepat pada 1 januari 2014 masehi. Di sebagian umat Islam,
Rabu wekasan merupakan hari yang sangat sulit, 320000 bala turun di Rabu
wekasan ini. karena itu dijelaskan dalam kitab Mujarabat bahwa para ulama ahli
kasyaf menganjurkan kepada umat Islam untuk Shalat 4 rakaat Rabu wekasan.
Pada konteks inilah perbedaan
pendapat terjadi. Apabila merujuk pada "dawuh" KH. Hasyim Asy'ari,
shalat 4 rakaat rabu wekasan itu bukan termasuk shalat masyru'ah yang berarti
tidak boleh dilakukan.
Namun bukan berarti bagi yang
mengamalkan, mereka serta-merta dicap kafir atau syirik atau keluar dari Islam.
Tentu itu bukan jalan keluar. Mencap seseorang demikian tentu sama dengan
mengusir seseorang untuk memeluk Islam. Padahal Rasulullah tidak akan pernah
ridha apabila masih ada umatnya yang masuk neraka, karena itu syafa’atul udzma (
Syafa’at yang besar ) khusus untuk umat beliau yang memiliki dosa besar. Karena
itu solusinya, bagi yang mengamalkan Shalat Rabu wekasan harap mengganti
niatnya dengan shalat hajat 4 rakaat atau lebih. Setelah itu baru berdoa tolak
balak. Insya Allah akan mendapatkan perlindungan dari Allah dan akan dijauhkan
dari Bala bencana.
Berikut penulis kutipkan fatwa
Syaikhuna Hasyim Asy'ari tentang shalat rabu wekasan:
Pertanyaan
Shalat Rabu wekasan dan rangkainnya, bagaimana hukumnya
menurut fuqoha dan menurut ulama sufi?
Jawaban
Menurut fatwa Rais Akbar Almarhum
Asy-Syaikh Hasim Asy'ari tidak boleh. Shalat Rabu wekasan karena tidak masyru'ah
dalam syara' dan tidak ada dalil syar'i. adapun fatwa tersebut
sabagaimana dokumen asli yang ada pada cabang NU Sidoarjo berikut ini.
Kados pundi hukumipun ngelampahi
shalat rebo wulan shofar, kasebat wonten ing kitab mujarobat lan ingkang
kasebat wonten ing akhir bab 18?
فائدة اخرى : ذكر بعض العارفين من اهل
الكشف والتمكين أنه ينزل كل سنة ثلاثمائة وعشرون ألفا من البليات وكل ذلك فى يوم
الأربعاء الآخير من شهر صفر فيكون فى ذلك اليوم أصعب ايام السنة كلها فمن صلى فى
ذلك اليوم اربع ركعات ..... الخ.
فونافا ساهى فونافا أوون؟ يعنى سنة فونافا حرام؟ أفتونا اثابكم الله؟
فونافا ساهى فونافا أوون؟ يعنى سنة فونافا حرام؟ أفتونا اثابكم الله؟
Sebagian orang yang ma'rifat dari
ahli al-kasyafi dan tamkin menyebutkan: setiap tahun, turun 320.000 cobaan.
Semuannya itu pada hari Rabu akhir bulan shafar. Maka pada hari itu menjadi
sulit-sulitnya hari di tahun tersebut. Barang siapa shalat di hari itu 4 rokaat
dst.
Kados pundi hukumipun ngelampai shalat hadiyah ingkang kasebat wonten ing kitab:
Kados pundi hukumipun ngelampai shalat hadiyah ingkang kasebat wonten ing kitab:
حاشية المهى على الستين مسئلة وونتن
آخريفون باب يلامتى ميت وَنَصَّهُ: فَائِدَةٌ : ذَكَرَ فىِ نَزْهَةِ الْمَجاَلِسِ
عَنْ كِتَابِ الْمُخْتاَرِ وَمَطَالِعِ الاَنْواَرِ عَنْ النَّبِى صلى الله عليه
وسلم لا يَاْتِى عَلَى الْمَيَّتِ أَشَدُّ مِنَ اللَّيْلَةِ الأُلَى فَارْحَمُواْ
مَوْتَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ يَقْرَأُ
فِى كُلِّ رَكْعَةٍ فِيْهِمَا فَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَآيَةِ الْكُرْسِيِّ
وَإِلَهُكُمْ ... وَقُلْ هُوَاللهُ أَحَدْ اِحْدَى عَشْرَةَ مَرَّةً وَيَقُولُ :
الّلهُمَّ إِنِّى صَلَّيْتُ هَذِهِ الصَّلاةَ وَتَعْلَمُ مَااُرِيْدُ. اللهم
ابْعَثْ ثَواَبَها اِلَى قَبْرِ فُلان فَيَبْعَثُ الله مِنْ سَاعَتِهِ اَلَى
قَبْرِهِ اَلْفَ مَلِكِ مَعَ كُلِّ مَلِكِ نُوْرٌ هَدِيَّةً يُؤَنِّسُوْنَةُ فِى
قَبْرِهِ اِلَى اَنْ يُنْفَخَ فِى الصُّوْرِ وَيُعْطِىْ اللهُ المُصَلَّى بِعَددِ
مَاطَلَعَتْ عَلَيهِ الشَّمْسُ أَلْفَ شَهِيْدٍ وَيُكْسِى أَلْفَ حُلَّةٍ.
اِنْتَهَى وَقَدْ ذَكَرَنَا هَذِهِ الْفَائِدَةُ لِعُظْمِ نَفْعِهَا وَخَوْفاً
مَنْ ضِيَاعِهاَ، فَيَنْبَغِى لِكُلِّ مُسْلِمٍ اَنْ يُصَلِّيْهَا كُلِّ لَيْلَةٍ
لأَمْواَتِ الْمُسْلِمِيْنَ.
جواب:
بسم الله الرحمن الرحيم وبه نستعين على امور الدنيا والدين وصلى الله على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وسلم.
أورا وناع فيتواه, اجاء-اجاء لن علاكونى صلاة ربو وكاسان لن صلاة هدية كاع كاسبوت اع سوال, كرنا صلاة لورو ايكو ماهو دودو صلاة مشروعة فى الشرع لن اور انا اصلى فى الشرع. والدليل على ذلك خلو الكتب المعتمدة عن ذكرها كيا كتاب تقريب, المنهاج القويم, فتح المعين, التحرير لن سأفندوكور. كيا كتاب النهاية, المهذب لن إحياء علوم الدين, كابيه ماهو اورا انا كع نوتور صلاة كع كاسبوت.
ومن المعلوم انه لوكان لها أصل لبادروا إلى ذكرها وذكر فضلها, والعادة تحيل ان يكون مثل هذه السنة, وتغيب عن هؤلاء وهم أعلم الدين وقدوة المؤمنين. لن اورا وناع اويه قيتواه أتوا عافيك حكوم ساكا كتاب مجربات لن كتاب نزهة المجالس. كتراعان سكع حواشى الأشباه والنظائر للإمام الحمدى قال : ولا يجوز الإفتاء من الكتب الغير المعتبرة, لن كتراعان سكع كتاب تذكرة الموضوعات للملا على القارى : لا يجوز نقل الأحاديث النبوية والمسائل الفقهية والتفاسير القرانية إلا من الكتب المداولة ( المشهورة) لعدم الإعتماد على غيرها من ودع الزنادقة وإلحاد الملاحدة بخلاف الكتب المحفوظة. انتهى لن كتراعان سكع كتاب تنقيح الفتوى الحميدية : ولا يحل الإفتاء من الكتب الغريبة. وقد عرفت ان نقل المجربات الديربية وحاشية الستين لاستحباب هذه الصلاة المذكورة يخالف كتب الفروع الفقهية فلا يصح ولا يجوز الإفتاء بها. لن ماليه حديث كع كاسبات وونتن كتاب حاشية الستين فونيكا حديث موضوع. كتراعان سكع كتاب القسطلانى على البخارى : ويسمى المختلف الموضوع ويحرم روايته مع العلم به مبينا والعمل به مطلقا. انتهى
قال فى نيل الأمانى : ويحرم روايته أى على من علم او ظن انه موضوع سواء كان فى الأحكام أو فى غيرها كالمواعظ القصص والترغيب إلا مع بيان وضعه لقوله صلى الله عليه وسلم : من حدث عنى يرى انه كذب فهو أحد الكذابين وهو من الكبائر حتى قال الجوينى عن أئمة أصحابنا يكفر معتمده ويراق دمه. والجمهور انه لا يكفر إلا إن ستحله وانما يضعف وترد روايته أبدا, بل يختم ..... انتهى. وليس لأحد أن يستبدل بما صح عن رسول الله صلى الله عليه وسلم انه قال : الصلاة خير موضوع فمن شاء فليستكثر ومن شاء فليستقلل, فان ذلك مختص بصلاة مشروعية سكيرا اورا بيصا تتف كسنتانى صلاة هدية كلوان دليل حديث موضوع, موعكا اورا بيصا تتف كسنتانى صلاة ربو وكاسان كلوان دليل داووهى ستعاهى علماء العارفين, مالاه بيصا حرام, سباب ايكى بيصا تلبس بعبادة فاسدة. والله سبحانه وتعالى أعلم.
(هذا جواب الفقير اليه تعالى محمد هاشم أشعارى جومباع)
جواب:
بسم الله الرحمن الرحيم وبه نستعين على امور الدنيا والدين وصلى الله على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وسلم.
أورا وناع فيتواه, اجاء-اجاء لن علاكونى صلاة ربو وكاسان لن صلاة هدية كاع كاسبوت اع سوال, كرنا صلاة لورو ايكو ماهو دودو صلاة مشروعة فى الشرع لن اور انا اصلى فى الشرع. والدليل على ذلك خلو الكتب المعتمدة عن ذكرها كيا كتاب تقريب, المنهاج القويم, فتح المعين, التحرير لن سأفندوكور. كيا كتاب النهاية, المهذب لن إحياء علوم الدين, كابيه ماهو اورا انا كع نوتور صلاة كع كاسبوت.
ومن المعلوم انه لوكان لها أصل لبادروا إلى ذكرها وذكر فضلها, والعادة تحيل ان يكون مثل هذه السنة, وتغيب عن هؤلاء وهم أعلم الدين وقدوة المؤمنين. لن اورا وناع اويه قيتواه أتوا عافيك حكوم ساكا كتاب مجربات لن كتاب نزهة المجالس. كتراعان سكع حواشى الأشباه والنظائر للإمام الحمدى قال : ولا يجوز الإفتاء من الكتب الغير المعتبرة, لن كتراعان سكع كتاب تذكرة الموضوعات للملا على القارى : لا يجوز نقل الأحاديث النبوية والمسائل الفقهية والتفاسير القرانية إلا من الكتب المداولة ( المشهورة) لعدم الإعتماد على غيرها من ودع الزنادقة وإلحاد الملاحدة بخلاف الكتب المحفوظة. انتهى لن كتراعان سكع كتاب تنقيح الفتوى الحميدية : ولا يحل الإفتاء من الكتب الغريبة. وقد عرفت ان نقل المجربات الديربية وحاشية الستين لاستحباب هذه الصلاة المذكورة يخالف كتب الفروع الفقهية فلا يصح ولا يجوز الإفتاء بها. لن ماليه حديث كع كاسبات وونتن كتاب حاشية الستين فونيكا حديث موضوع. كتراعان سكع كتاب القسطلانى على البخارى : ويسمى المختلف الموضوع ويحرم روايته مع العلم به مبينا والعمل به مطلقا. انتهى
قال فى نيل الأمانى : ويحرم روايته أى على من علم او ظن انه موضوع سواء كان فى الأحكام أو فى غيرها كالمواعظ القصص والترغيب إلا مع بيان وضعه لقوله صلى الله عليه وسلم : من حدث عنى يرى انه كذب فهو أحد الكذابين وهو من الكبائر حتى قال الجوينى عن أئمة أصحابنا يكفر معتمده ويراق دمه. والجمهور انه لا يكفر إلا إن ستحله وانما يضعف وترد روايته أبدا, بل يختم ..... انتهى. وليس لأحد أن يستبدل بما صح عن رسول الله صلى الله عليه وسلم انه قال : الصلاة خير موضوع فمن شاء فليستكثر ومن شاء فليستقلل, فان ذلك مختص بصلاة مشروعية سكيرا اورا بيصا تتف كسنتانى صلاة هدية كلوان دليل حديث موضوع, موعكا اورا بيصا تتف كسنتانى صلاة ربو وكاسان كلوان دليل داووهى ستعاهى علماء العارفين, مالاه بيصا حرام, سباب ايكى بيصا تلبس بعبادة فاسدة. والله سبحانه وتعالى أعلم.
(هذا جواب الفقير اليه تعالى محمد هاشم أشعارى جومباع)